Anissa tinggal bersama neneknya
yang sudah tua. Anissa adalah seorang yang ceria dan periang, walaupun dia
tidak pernah bertemu dengan ibunya, tetapi ia begitu menyayangi sosok wanita
yang sudah membuangnya ketika ia masih bayi.
Sudah bertahun-tahun, Anissa
bertanya kepada neneknya, siapakah yang tega membuang dia, akan tetapi neneknya
hanya menggeleng-geleng kepala. Itu artinya tidak tahu.
Pagi yang cerah. Anissa akan
berangkat sekolah dengan teman-temannya. Setiap di perjalanan ia bertemu dengan
seorang yang tidak dikenal. Ia pun hanya tersenyum dan mulai berjalan dengan
teman-temannya. Ini terjadi berkali-kali. Sampai suatu hari Anissa jatuh sakit,
menurut dokter yang memeriksa, ia sakit parah. Akan tetapi Anissa tidak dibawa
ke rumah sakit, karena keadaan ekonomi neneknya. Tidak seperti biasanya pintu
diketu berkali-kali. Neneknya pun membuka pintu yang sudah lapuk, terlihat
wanita muda dengan seorang laki-laki. Ternyata, wanita itu adalah sesosok yang
membuang Anissa ketika masih bayi. Wanita itu pun juga yang selalu menjaga dia
saat berangkat ke seklah dengan teman-temannya.
Anissa pun memaafkan ibunya. Ia
merasakan kehangatan yang begitu menusuk di hati. Kemudian ia menghembuskan
napas yang terakhir. Ia begitu bahagia karena sosok yang selalau
ditunggu-tunggu sudah ada di samping dia. Ibu.